Mengenal Mesin-Mesin Penggerak Kapal Laut

Mengenal Mesin-Mesin Penggerak Kapal Laut – Jika kita bicara otomotif, tentunya memiliki ranah yang sangat luas. Dari kendaraan darat, laut, sampai dengan udara. Jika membahas otomotif darat tentunya sangat biasa sekali. Karena sudah banyak sekali pembahasannya. Sekarang kita membahas tentang otomotif laut. Yaitu kapal, sebagaimana kita tau kapal juga memiliki mesin di dalamnya yang membuat kapan bisa melaju dalam air. Tentunya setiap kapan juga memiliki spesifikasi yang berbeda-beda dan juga pastinya memiliki mesin penggerak yang berbeda-beda juga.

Mengenal Mesin-Mesin Penggerak Kapal Laut

info lainnya : thetasa

Sama hal nya dengan pesawat yang menggunakan udara untuk membantunya bergerak. Kapal juga menggunakan air untuk membantunya bergerak. Tentunya mesin ke 2 otomotif ini sangat berbeda sekali dengan kendaraan otomotif darat. Sistem kinerjanya mungkin hampir sama, yaitu membuat perputaran yang di ubah menjadi tekanan agar bisa bergerak. Tentunya sangat seru kalau kita membahas tentang mesin kapan laut ini. Karena tentunya bisa menjadi ilmu sedikit untuk kalian, atau mungkin kalian ingin menjadi teknisi kapal. Kalian boleh simak nih pembahasan yang satu ini.

Mesin-Mesin Penggerak Kapal Laut

1. Reciprocating Steam Engine

Mendominasi dunia ship propulsion (sistem penggerak kapal) hingga sekitar tahun 1910-an. Keunggulannya adalah terletak pada pengaturan beban, khususnya untuk arah reversed (arah mundur) yang mana Reciprocating Steam Engine memberikan kemudahan serta lebih efisien pada range kecepatan rotasi tertentu agar match dengan kinerja screw propeller. Kelemahannya Reciprocating Steam Engine adalah pada instalasinya yang relatif berat, kebutuhan space yang besar, output power per cylinder-nya masih sangat terbatas. Selain itu, Steam tidak dapat bekerja secara efektif pada tekanan relatif rendah. Serta kebutuhan fuel consumption yang tinggi, sebagai gambaran bahwa untuk triple-expansion engine maka memerlukan superheated steam yang mengkonsumsi bahan bakar (oil) hingga ± 0.70 kg per kWh.

2. Marine Turbine (Steam)

Mesin penggerak kapal yang pertama di instal oleh Sir Charles Parsons ke kapal Turbinia pada tahun 1894, dengan kecepatan mencapai 34 knots.Kemudian turbines mengalami kemajuan pesat hingga pada tahun 1906, yang mana di aplikasikan sebagai tenaga penggerak untuk kapal perang HMS. Dreadnought dan kapal Atlantic Liner – Mauretania. Kebutuhan bahan bakar (fuel consumption) secara rata-rata untuk suatu Large Turbine adalah 0.30 kg per kWh. Namun demikian, keunggulan segi ekonomis tersebut mengalami suatu tantangan dari sisi Non-reversible dan Rotational Speed, yang mana memerlukan pertimbangan teknis lebih lanjut. Untuk kepentingan reverse diperlukan adanya reversing turbines yang secara terpisah diinstal ke sistem.

Sementara itu untuk mengatasi rotational speed-nya yang relatif tinggi, maka kalian perlu adanya mechanical geared untuk menurunkan putaran output turbines khususnya untuk alat gerak kapal berjenis screw propeller, sehingga hal itu menyebabkan terjadinya power loss berkisar 2 hingga 4 persen. Penurunan putaran turbines (rpm) ke propeller shaft (poros propeller), dapat juga teratasi dengan merancang electric driven, yaitu dengan meng-couple secara langsung antara turbine dengan generator yang mana keduanya sama-sama memiliki operasional yang lebih efisien bila dalam kondisi putaran tinggi.

Kemudian, generator men-supply listrik ke electric motor yang terhubung dengan poros propeller. Hal ini memberikan kelonggaran pada masalah lay-out engine room yang mana pengaruh hubungan poros secara langsung dari turbine ke propulsor dapat dieleminasi. Turbo-electric Drive juga memberikan keuntungan terhadap pengurangan untuk reversed gear mechanism serta fleksibilitas dalam operasinya. Namun demikian, power loss akibat transmisi tenaga serta investment perlu menjadi pertimbangan.

3. Internal Combustion Engines (Diesel Engine)

Mesin penggerak kapal yang digunakan dalam propulsi kapal, pada umumnya adalah Reciprocating engines yang beroperasi dengan prinsip-prinsip diesel (compression ignation) yang mana kemudian terkenal dengan nama Diesel Engines. Berbagai ukuran untuk Diesel Engines ini kemudian dibuat, mulai dari kebutuhan untuk pleasure boats hingga ke modern supertankers dan passenger liners. Engine ini dapat berkembangkan hingga memberikan lebih dari 2500 kW per cylinder, maka output power bisa mencapai 30,000 kW untuk 12 cylinders (40,200 HP). Torsi yang diproduksi oleh Diesel Engine, adalah dibatasi oleh maximum pressure dari masing-masing silinder-nya. Sehingga, ketika engine memproduksi maximum torque, maka artinya, maximum power hanya dapat tercapai pada kondisi maximum RPM. Diesel Engine secara konsekuensi, mungkin memproduksi power sedemikian hingga proporsional dengan RPM untuk masing-masing throttle setting-nya. Pembatasan ini kemudian menyebabkan masalah tersendiri didalam melakukan matching antara Diesel Engine dan Propeller.

4. Gas Turbine

Mesin penggerak kapal ini juga telah berkembang dalam dunia ship propulsion yangmana bahan bakar (fuel) melalui proses udara yang telah terkompresikan, dan gas panas hasil pembakaran tersebut berfungsi untuk memutar turbine. Gas turbine umumnya di aplikasikan pada dunia kedirgantaraan, dan perkembangannya sangat tergantung pada teknologi metal yang mampu menahan terhadap tekanan dan temperatur yang tinggi. Keunggulan dari gas turbine ini terletak pada ukuran dan kapasitas power yang menghasilkan lebih kuat dari pada tenaga penggerak lainnya.

Selain itu, kesiapannya untuk beroperasi pada kondisi full load sangat cepat, yaitu berkisar 15 menit untuk warming-up period. Marine Gas Turbine sangat jarang dijumpai pada kapal-kapal niaga, hal ini disebabkan karena operasi dan investasinya yang relatif mahal. Sehingga paling banyak dijumpai pada kapal-kapal perang jenis, frigates; destroyers; patrol crafts; dsb. Instalasinya pun kadang merupakan kombinasi dengan tipe permesinan yang lainnya, yakni : Diesel engines.